pemantauan COTS: Protokol Survey Sederhana
Agar data yang ditemukan dapat digunakan dengan baik, penting bagi pengaman untuk menggunakan protocol yang sama dalam setiap kali survey yang dilakukan terhadap keberadaan COTS. Kami merekomendasikan metode (timed-swim) (English et al. 1997), yang digunakan untuk memantau populasi COTS di Kaledonia Baru dan Vanuatu. Diantara kelebihan dari metode ini, selain karena tidak begitu memerlukan pengetahuan ilmiah, metode ini dapat menyediakan data yang sangat kuat, yang dapat digunakan untuk membandingkan populasi COTS di lokasi yang berbeda dengan periode waktu yang berbeda pula.
Metode ini menggunakan pendekatan perhitungan 10 menit. Pencatat atau anggota tim yang bertugas sebagai pencatat dan pemantau harus berenang secara perlahan menggunakan alat kaca mata dan alat snorkle sembari mencari COTS selama 10 menit. Setiap temuan hasil pengamatan kemudian dicatat sebelum kembali melakukan mengamatan selanjutnya selama 10 menit lagi. Hal ini dapat dilakukan berulang kali, sesuai dengan luasan hamparan terumbu yang ingin diamati. Untuk itu, kegiatan pengamatan dan pencatatan ini sebaiknya dilakukan oleh 2-5 orang tim perenang dengan kacamata dan snorkle.
Survey terhadap keberadaan COTS paling tepat dilakukan oleh para pemangku kepentingan di wilayah terumbu karang yang secara regular melakukan penyelaman sebagai aktivitas mereka: nelayan lokal, penyelam, dan para wisatawan dapat bersama-sama melakukan aktivitas bawah laut ini. Setelah menyelesaikan satu atau beberapa survey, operator kemudian dapat melakukan pelaporan terkait lokasi dan jumlah COTS yang ditemukan kepada contact person yang telah ditunjuk (bisa saja salah satu orang di desa terdekat) atau juga kepada organisasi yang memiliki program pemantauan COTS. Selain itu, operator juga dapat secara langsung melaporkan hasil pengamatannya ke situs website khusus atau aplikasi di telepon yang telah tersedia.
Di lokasi tertentu, sangat disarankan untuk melakukan pemantauan COTS sekali dalam setiap bulan. Jika ditemukan area terumbu karang yang sangat luas untuk menjadi lokasi pemantauan, maka perlu dilakukan pendekatan prioritas terkait wilayah yang akan menjadi fokus pemantauan berdasarkan beberapa hal penting, diantaranya, terumbu karang yang masih memiliki kondisi yang baik, terumbu karang yang menjadi rumah ikan yang sangat menunjang penghidupan masyarakat lokal disekitarnya, dan juga terumbu karang yang menjadi lokasi menyelam untuk pariwisata.
Ketika terjadi wabah di satu lokasi, penting untuk melakukan pemantaua lebih sering di wilayah tersebut dan juga disekitarnya. Karena akan sangat memungkinkan bagi kumpulan COTS untuk pindah ke wilayah terumbu karang baru jika ketersediaan karang di lokasi sebelumnya telah habis.
Kategorisasi Wabah
Penentuan tingkat wabah COTS dan risiko terhadap ekosistem yang dapat disebabkan sangat tergantung pada konteks terumbu karang lokal, terutama struktur dan perluasan terumbu karang tersebut, serta kelimpahan dan keanekaragaman tutupan karang. Akan tetapi, pada dasarnya wabah COTS dapat dikategorikan dalam 3 kelas dengan menggunakan nilai ambang batas yang telah dikembangkan di Kaledonia Baru oleh Dumas et al. (2020). Keberadaan COTS dapat dikategorikan sebagai wabah jika jumlah rata-rata COTS yang ditemukan dalam 10 menit pengamatan adalah lebih besar dari atau sama dengan 5 individu (pada siang hari). Jumlah rata-rata ini harus seimbang dengan ukurang terumbu karang dan jumlah orang yang melakukan pemantauan dan perhitungan, karena keberadaan wabah yang tidak merata (terkadang hanya mempengaruhi bagian tertentu dari satu terumbu karang).
LEVEL | Jumlah COTS dalam 10 menit | Jumlah COTS dalam 1 Ha | Status Wabah | RISIKI WABAH COTS |
---|---|---|---|---|
1 | 0-1 | <15 | Bukan Wabah | Rendah |
2 | 2-4 | 15-100 | Memungkinkan Menjadi Wabah | Sedang (terus dipantau) |
3 | ≥ 5 | >100 | Wabah | Tinggi (Direkomendasikan adanya intervensi) |
Catatan: Pada malam hari, COTS biasanya lebih mudah diamati, sehingga milai ayng digunakan untuk menentukan risiko wabah cukup berbeda (ambang batas lebih tinggi)
Pemusnahan Wabah COTS
Produk yang dapat digunakan sebagai bahan suntik COTS
Jika tersedia, solusi termudah adalah dengan menggunakan cuka putih yang dapat diperoleh di supermarket, dengan tingkat asam asetat 4-5%.
Jika persediaan cuka dalam jumlah besar tidak ada, bahan suntik COTS dapat diganti dengan jeruk nipis atau jus markisa. Jika lokasi operasi COTS sangat terpencil dan tim mengalami kesulitan dalam membawa bahan yang cukup berat, maka dapat diganti dengan asam bubuk untuk dicampur dengan air, meskipun umumnya harganya lebih mahal dibandingkan dengan cuka putih. Dari beberapa pilihan bahan tersebut, asam sitrat bubuk menunjukkan efisiensi yang mirip dengan cuka atau air jeruk nipis, dan dapat dengan mudah diencerkan di lokasi pemantauan, dengan menggunakan air laut. Asam oksalat bubuk, juga menunjukkan efisiensi yang sama, namun hanya prlu diencerkan dengan menggunakan air tawar.
Alat
Perlengkapan injeksi yang digunakan terdiri dari pistol injeksi yang dihubungkan dengan jarum 16G (Birmingham gauge), yang juga selangnya terhubung dengan jeregen/wadah dengan bervolume 5L. Idealnya, injector yang digunakan adalah yang memiliki dosis 10 ml per injeksi. Beberapa produk suntuk peternakan dapat digunakan.
Karena penggunaannya di ari laut, sehingga untuk mencegah karat dan korosi, peralatan harus dibilas secara reguler dan hati-hati dengan menggunakan air tawar , lalu dikeringkan setiap kali selesai digunakan.
Pembersihan wabah
Setiap COTS membutuhkan dua kali suntkan dengan masingmasing sebesar 10 ml di dua area tubuh yang berbeda. Lokasi paling efektif adalah di wilayah pangkal salah satu lengan COTS.
Untuk dapat melakukan pemusnahan di seluruh wilayah terumbu karang, penyelam dapat bergerak maju sembari menyuntikkan cairan injeksi ke tubuh COTS yang berada di dalam jangkauan mereka. Penyelam tetap harus berhati-hati dalam menyuntik COTS yang berada di bawah karang atau di celah-celah karang. Penyelam bebas dapat menjangkau wwilayah karang yang cukup dangkal, sedang untuk wilayah karang yang lebih dalam aka membutuhkan penyelam scuba.
Penyelaman kedua dapat kembali dilakukan setelah 24 jam berlalu proses penyuntikkan. Semua COTS yang telah disuntik akan menunjukkan tanda-tanda disintegrasi yang kuat. Jika masih terdapat COTS yang ternyata belum tersuntik, proses penyuntikkan dapat kembali dilakukan untuk memastikan pemusnahan seluruh COTS.
Daftar isi
- Video perkenalan dasar COTS
- Informasi dasar COTS dan Wabah COTS
- Wabah COTS – operasi lapangan (halaman ini)
- COTS equipment: DIY and suppliers
Credits
Materi ini dikumpulkan dari lokakarya yang diadakan pada tahun 2021 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia, dengan klub selam lokal dan lembaga pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam. Materi ini disusun oleh Pascal Dumas (IRD – Center de Nouméa, Kaledonia Baru) dan Yann Bigant (Naturevolution) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Mutmainnah (Naturevolution Indonesia).